Menjadi Ibu yang tidak Bosan di Rumah

Rabu, 25 Januari 2012

MENJADI IBU YANG TIDAK BOSAN DI RUMAH

Oleh: Isnaning Wahyuni, S.Th. I

Rasa syukur tak terkira kupanjatkan kehadirat Allah Ta’ala yang telah menganugerahkan kepadaku berupa keluarga yang sangat perhatian dan baik. Bapak, ibu, suami, kakak dan adik-adikku sangat mendukung aktifitasku yang sekarang (ibu rumah tangga yang menghabiskan hari-hari bersama keluarga). Lebih-lebih ibuku yang sangat mendambakan cucunya kelak menjadi ulama besar (semoga Allah mengabulkan harapannya) amiin...

Pada awalnya sangat berat bagiku seharian berada di rumah dan tidak bekerja di luar rumah (seperti dulu sebelum aku menikah). Namun, setelah diskusi dengan suami dan keluarga akhirnya aku sangat menikmati hari-hariku bersama buah hati di rumah. Dulu aku mengajar di beberapa sekolah di jogja dan saat inipun ketika beberapa teman menanyakan aktifitasku aku tetap menjawab “aku masih mengajar” (hanya bedanya sekarang aku mengajar anakku sendiri). Aku pernah turut berkontribusi mendirikan sebuah TKIT bersama teman-temanku di jogja, menyusun kurikulum, dan mengajar didalamnya selama beberapa bulan sembari menunggu ada pengajar tetap. Setelah ada pengajar tetap, aku mengunjungi TK sepekan sekali untuk sharing bersama para pengajar disana. Setiap tiga hari dalam sepekan aku mengajar di sebuah SD Muhammadiyah dan sisanya aku mengajar di sebuah MTs-MA di jogja, dua semester mengajar PGTK serta beberapa halaqah/kursus bahasa Arab.

Bagi kebanyakan orang, seorang wanita yang bekerja di luar rumah merupakan sebuah prestise dan kebanggan lebih-lebih jika mereka memiliki nominal gaji yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, seorang wanita yang hanya tinggal di rumah tidak pantas untuk dibanggakan dan tak jarang mereka akan dipandang sebelah mata. Yang lebih menyedihkan lagi adalah anggapan yang datang dari para wanita sendiri bahwa tinggal di rumah adalah sesuatu yang membosankan dan tidak ada gunanya. Bagiku, berada di rumah tidak kalah serunya dengan bekerja di luar rumah bahkan lebih menantang walaupun sama-sama memeras keringat juga pikiran.

Berikut beberapa kegiatan menarik yang bisa para wanita-khususnya ibu-kerjakan bersama buah hati dan keluarga sehingga hari-hari bersama keluarga di rumah menjadi kegiatan yang tidak membosankan, bahkan akan menjadikan kita semakin bersyukur kepada Allah Ta’ala yang telah menciptakan kita sebagai wanita muslimah dengan segala kehormatannya.

· Mencari ide kreatif supaya rumah nyaman untuk belajar.

Karena rumah kami tidak seluas rumah di kampung maka Ruang tengah aku fungsikan sebagai ruang “belajar” bagi nawwaf (anakku yang kini berusia 17 bulan). Ketika aku katakan belajar tentunya yang aku maksud adalah belajar dengan bermain. Ruang tersebut aku hias seperti layaknya TK (Taman Kanak-kanak) dengan tempelan huruf hijaiyah, angka, serta gambar-gambar menggunakan spon aty. Walau terkesan “nDeso” tapi bagiku yang penting anak bisa belajar setiap hari tanpa merasa dipaksa. Dalam membuat pernak-pernik huruf dll aku sangat dibantu oleh adik perempuanku (makasih banyak bul/bulek) yang juga memiliki anak seusia anakku.

Adik perempuanku sangat cekatan dalam mengerjakan sesuatu sehingga ketika aku mempunyai “ide” maka dengan tangan kreatifnya ia segera dapat meramu menjadi sebuah karya persis seperti yang ada dalam kepalaku. Dia seolah menjadi “penerjemah” terbaik dalam setiap ide yang tak jarang sulit aku gambarkan. Tak banyak orang yang tahu akan kelebihan serta bakat “tersembunyi” adikku karena dia bukan orang yang pandai menarik simpati orang lain ditambah lagi dia kurang percaya diri akan kemampuannya.

Lalu dalam menempel pernak-pernik tersebut aku melibatkan anakku yang masih batita) dengan memintanya membantu memasang perekat/lem dan menempelnya di dinding. Aku sengaja melibatkannya supaya dia merasa memiliki dan terdorong untuk bertanggung jawab merawatnya.

Kini, hampir setiap hari dia menunjuk dan mengulang-ulang huruf “ba, ta, ra, tha, fa, mim, dan ya” (huruf-huruf yang mudah dia ucapkan) berhitung, dan menyebutkan nama-nama benda. Alhamdulillah...usaha kami tidak sia-sia.

· Di ruang tersebut juga aku sediakan lemari khusus untuk buku-buku nawwaf mulai dari buku cerita, buku fiqih anak (tuntunan sholat) dan lainnya.

Alhamdulillah nawwaf telah hafal dimana dia harus mengambil buku ketika hendak membaca serta belajar “bertanggungjawab” merapikan lemarinya. Buku-buku harus dekat dengan anak untuk menumbuhkan minat baca dan memudahkan bagi kita untuk membentuk dan menanamkan aqidah serta karakter mereka sejak dini.

Selain buku, berbagai mainan yang dapat mendorong kinerja otaknya juga aku letakkan di sana (di samping lemari buku). Alhamdulillah nawwaf memiliki paman yang sangat peduli dengan perkembangan intelektualnya sehingga pada setiap bulan nawwaf mendapatkan berbagai jenis hadiah edukatif. (thanks om dokter).

· Memeras pikiran dalam membuat jadwal harian untuk anak.

Jadwal yang aku maksud bukanlah jadwal berdasarkan waktu/jam melainkan berdasarkan tema. Ada beberapa “tema mendidik” yang harus dilakukan anak dalam sehari sehingga hari-hari anak tidak berlalu sia-sia. “Tema mendidik” ini dibuat dengan menyusun kriteria dan tahapan. Diantara contoh tema harian nawwaf:

ü Membacakan surat-surat pendek al-Qur’an, tujuannya adalah untuk menumbuhkan kecintaan terhadap al-Qur’an dan membantunya mempersiapkan diri menghafal al-Qur’an.

ü Menceritakan kisah teladan (kisah para nabi dan sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam), tujuan : mengenal para utusan Allah dan belajar menjadikan mereka sebagai idola.

ü Membaca buku, tujuan : menumbuhkan kecintaan membaca dan belajar. Membaca buku juga dapat membantu anak memperbanyak kosakata dan melatihnya mengungkapkan ide secara runtun.

ü “Bermain” motorik kasar, tujuan : supaya badan menjadi sehat dan otak bekerja.

ü Menonton (bukan televisi) karena saat ini nawwaf belum bisa memilah mana yang baik dan buruk maka kami arahkan untuk menonton film di laptop (bisa berupa bacaan al-Qur’an bergambar, film kartun islam, dll). Tidak dapat dipungkiri, anak kecil adalah makhluk “peniru” yang ulung. Segala yang dia dengar dan dia lihat akan segera ia praktekkan tak peduli baik maupun buruk, berbahaya maupun tidak. Inilah pentingnya para ibu untuk memilihkan tontonan edukatif dan mendampinginya.

ü Bermain bersama teman, tujuan : belajar bersosialisasi. Bersosialisasi sangat penting bagi anak karena dapat menumbuhkan rasa percaya diri serta membentuk karakternya. Hal yang perlu diperhatikan para ibu adalah mendampinginya bermain walau dia sudah bisa berjalan sendiri. Ibu perlu mendampingi karena tentunya selama bermain dengan teman-temannya pasti anak kita akan melihat aktifitas anak yang lain (tentunya tidak semuanya baik). Ibu bisa mengarahkan anak supaya tidak meniru temannya yang berlaku kurang baik dan sebaliknyan dapat mendorongnya melakukan kebaikan sebagaimana yang dilakukan temannya.

· Mencoba-coba membuat makanan dan camilan sehat serta aman bagi anak (tentunya hemat).

Aku bukanlah seorang ibu rumah tangga yang pandai memasak, aku hanya mampu membuat beberapa menu masakan saja. Saat ini ketika anak sudah mulai mengenal berbagai jenis makanan maka mau tidak mau aku harus belajar berbagai jenis masakan. Mulai dari browsing menu masakan di internet, membeli buku menu, serta main ke tetangga untuk sekedar belajar memasak.

Bersambung...

0 komentar: